Sabtu, 04 Juni 2016

Pesona Kawah Ijen

Kawah Ijen, Kali ini twisata akan membahas keindahan Kawah Ijen, yang menyimpan segudang pesona keindahan alam Indonesia dan akan membuat siapa saja yang melihatnya terpukau. bagi Anda yang belum pernah mengunjungi tempat ini, mungkin ulasan berikut ini bisa menjadikan referensi sebelum Anda mengunjunginya. Ok dari pada lama - lama kita langsung mengulasnya.
Kawah Ijen merupakan sebuah kawah ter-asam di dunia. Memiliki dinding kaldera setinggi 300-500 meter sedangkan luasnya mencapai 5.466 hektar. Untuk ukuran kawahnya sendiri kurang lebih 20 km. Kawah tersebut memiliki kedalaman sekitar 300 meter di bawah dinding kaldera. Tak pernah terbayangkan jika Indonesia yang sangat kita cintai ternyata memiliki pesona alam yang dapat kita banggakan di mata dunia. Khususnya warga Banyuwangi – Jawa Timur, yang tentunya sangat beruntung tinggal di berdekatan dengan Kawah Ijen.

Blue Fire Kawah Ijen

Nama Ijen mulai dikenal dunia sejak kedatangan dua turis asal Perancis, Nicolas Hulot dan istrinya Katia Kraft, padatahun 1971. Mereka menuliskan kisah pesona Kawah Ijen beserta kerasnya kehidupan para penambaang bongkahan belerang di majalah Geo, Perancis. Dua hal inilah yang Menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan dan fotografer dunia.
Dari segi panorama alam, Anda tak perlu khawatir, karena wisata ini memiliki pesona alam yang sangat indah. It’s so beautiful scenery. Di pagi hari, Anda akan disuguhkan pemandangan sunrise yang sangat menakjubkan. Selain itu, sinar matahari pagi yang menyinari kawah akan dipantulkan sehingga membentuk warna kemilau hijau toska dari permukaannya. Namun Anda harus berhati - hati air kawah yang terlihat sangat tenang tersebut ternyata berbahaya looo. Pasalnya, air belerang di Kawah Ijen memiliki volume air sekitar 200 juta meter kubik dan panasnya mencapai 200 derajad, sehingga ketika kita nekat untuk masuk kesana, pakaian kita akan meleleh, bukan hanya itu, bahkan kita sendiri juga akan meleleh. Jadi jangan coba - coba untuk bermain – main mendekati Kawah Ijen yaaaa.
Di sisi tenggara Kawah Ijen terdapat lapangan solfatara yang selalu melepaskan gas vulkanik dengan konsentrasi sulfur yang cukup tinggi sehingga tak jarang dapat menimbulkan bau yang sangat menyengat. Sedangkan di bagian barat terdapat bendungan air yang merupakan hulu dari Kali (Sungai) Banyupait. Bendungan ini juga mempunyai daya tarik yang tak kalah bagusnya, namun pengunjung jarang mendatanginya, dikarenakan untuk menuju kesana, jalan yang harus dilewati cukup sulit dan sering terjadi longsor. Bendungan yang ada di dekat Kawah Ijen merupakan bangunan beton yang dibangun sejak masa pemerintahan Belanda. Dahulu bendungan ini berfungsi untuk mengatur level air danau agar tidak terjadi banjir asam. Namun sekarang sudah tidak berfungsi lagi, karena air tidak pernah mencapai pintu bendungan, sehingga mengakibatkan terjadinya rembesan air danau di bawah bendungan.

Pada dini hari objek wisata Kawah Ijen kembali menyuguhkan keindahan yang fantastis. Dari cairan belerang yang mengalir tiada henti di bawah kawah menimbulkan pancaran api berwarna biru ( blue fire ). fenomena ini cuman ada dua di Dunia yang pertama di Islandia dan yang ke dua ada di Indonesia. Wah keren yaaaaaaaa ?. Untuk menikmati penorama alam ini Anda harus mendaki Gunung Ijen yang dimulai sekitar jam 02.00 WIB dari pintu masuk ( Paltuding ), dengan menahan dinginya udara pegunungan yang suhunya mencapai 10 derajad celcius, bahkan bisa mencapai 2 derajad celcius. Tetapi itu ini tidak akan terasa dengan suguhan pemandangan yang akan Anda lalui selama perjalanan mendaki.
Kawah Ijen merupakan kawah gunung yang digunakan untuk tempat penambangan belerang yang ada di wilayan kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur, yang juga merupakan tempat penambangan belerang terbesar di Indonesia dan pengolahanya masih menggunakan cara tradisional. Kawah Ijen mempunyai sublimat belerang yang tidak akan pernah habis, karena dapat keluar secara terus menerus dengan sendirinya. Sublimat belerang ini bermanfaat untuk berbagai keperluan industri kimia selain itu juga bisa digunakan untuk bahan penjernih gula.


Banyak dari wisatawan yang telah mengunjungi tempat ini berpendapat bahwasanya, dengan mengunjungi kawah Ijen kita akan lebih menghargai kehidupan. Bagaiman tidak, pengunjungi yang kesini akan banyak melihat para penambang yang berlalu – lalang menjajaki sekitar kawah dengan membawa beban belerang yang sangat berat. Penambang tersebut masih menggunakan cara tradisional. Lelehan belerang disalurkan melalui pipa yang berasal dari sumber gas vulkanik yang mengandung sulfur. Gas inilah yang dialirkan melalui pipa lalu keluar dalam bentuk lelehan belerang berwarna kemerah – merahan . Belerang tersebut akan membeku berwarna kuning. Bekuan inilah yang akan diambil oleh pekerja tambang.
Biasanya para penambang belerang melakukan pekerjaanya dengan berjalan kaki, menuruni kaldera sejauh 3 km untuk mengambil belerang. Itu buukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena mereka masih harus menggali terlebih dahulu dengan menggunakan alat seadanya. Kemudian betu – batu tersebut dipecah dan diletakkan pada dua keranjang sama besar. Seorang penambang belerang bisa memikul batu seberat 100 kg. Hal ini bukan beban yang ringan dan mudah untuk dilakukan. selain itu untuk mengantisipasi bau menyengat dari asap belerang mereka menggunakan alat pernapasan seadanya yang digunakan sebagai masker pelindung.
Mereka memikul batu tersebut menuju Pos Bundar. Disinilah mereka akan menimbang hasil tambang belerangnya. Di pos inilah Anda bisa menyaksikan betapa kerasnya kehidupan mereka. Beberapa dari mereka terlihat sedang meregangkan otot di keteduhan pohon yang rindang, dan lainnya, mengemasi bongkahan batunya kedalam karung untuk kemudian dipikul menuju truk pengangkut. Seperti siswa sekolah yang pada pagi hari di absen oleh gurunya, merekapun dipanggil satu persatu untuk menimbang muatannya, kemudian mengubahnya ke dalam rupiah pada saat itu juga.
Harga untuk tiap satu kilogram bongkahan batu belerang sebesar Rp. 330,- namun setelah dibawa ke truk harganya bisa mencapai Rp. 1.330,-. Selisih yang cukup besar, penghasilan yang mereka dapat tidak sebanding dengan bahaya yang mereka dapatkan dalam mempertaruhkan nyawa. Mengingat sulitnya pekerjaan yang mereka lalui, dalam sehari seorang penambang hanya mampu mengangkut dua kali. Pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa seperti ini mereka lakukan guna mencukupi kehidupan sehari – hari. Jadi apabila Anda kesana, janganlah enggan menyapa mereka. dan membaurkan dengan para penambang, meski pekerjaan terasa sangatlah berat, namun mereka tetap ramah dan santun, serta akan memberikan jawabaan atas semua pertanyaan yang ingin Anda ketahui.

Sejarah Ijen Jaman Dahulu

Dahulu, Pegunungan Ijen merupakan bagian dari kerajaan Blambangan. Nama Blambangan mencuat dalam sejarah ketika rajanya yang bernama Menak  Jinggo menolak mengakui kekuasaan Majapahit. Sehingga menyebakan peperangan antara kerajaan Blambangan dan kerajaan Majapahit. Menak Jinggo berhasil dikalahkan oleh Dhamarwulan, pemuda dari rakyat biasa yang mampu bertarung dan menghabisi musuh – musuhnya. Dengan kegigihan Dhamarwulan akhirnya dia dapat mempersunting Ratu Majapahit, Dewi Kencono Wungu, dan menjadi raja. Setelah kalah, pegunungan Ijen kian menjadi bagian dari kerajaan Majapahit, yang sampai sekarang terkenal dengan kejayaannya.
Nama Ijen juga disebut–sebut ketika seorang pangeran dari Kerajaan Wilis, bergerilya melawan VOC dari balik lereng pegunungan Ijen pada tahun 1722. Ijen merupakan tempat yang paling ideal untuk persembunyian bagi para pemberontak. Tanahnya yang berkelok dan di penuhi hutan lebat, memang sangat menakutkan, bahkan terkesan angker. Wilayah ini pun kononnya tidak bertuan.
Wilayah Ijen mulai tersentuh ketika seoraang penguasa dari Belaanda menyewakan tanah di Indonesia kepada seoraang kapten dari Cina, Han Ki Ko, yaang tinggal di Surabayaa serta terkenal sangat kaya. Tanah yang disewakan ini juga termasuk wilayah Besuki, Panarukan, Probolinggo dan sekitarnya. Untuk menarik mina tpekerja, kompeni tersebut membagi–bagikan beras secara gratis pada saat penduduk mengalami kelaparan. Maka datangalah beribu – ribu pekerja asal Madura dalam waktu yang singkat. Para pekerja tersebut mulai menanam segala macam sayuran dan padi dengan menggunakan sistem irigasi. Namunpada tahun 1813 para pekerja tersebut melakukan pemberontakan dengan dipelopori oleh Kiai Mas.
Akhir abad ke-19 Belanda memaksa membuka kembali lahan tersebut untuk dijadikan perkebuanan kopi daan karet. Didatangkan lagi ribuan pekerja asal Madura. Dengan hal ini, maka  terciptalah ‘Madura kecil’ yang menjadi pusat pemukiman orang Madura. Mereka membawa adat, budaya, dan bahasanya. Madura kecilini, samapi saat ini masih bisa kita jumpai di sebagian wilayah Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi.
Itulah sekelumit cerita tentang pegunungan Ijen pada zaman dahulu.

Rute Perjalanan Ke Kawah Gunung Ijen

Tapi saat ini kita tak perlu khawatir dengan akomodasi untuk bisa sampai ke Kawah Ijen. Pasalnya untuk menuju ke satu destinasi yang ada di Banyuwangi ini sudah dimudahkan, sehingga bukan hal yang sulit lagi untuk pada pengunjung bisa sampai kesana.  apalagi dukungan dari pemerintah setempat yang sangat besar untuk kemajuan dunia pariwisata yang ada di Banyuwangi. Bagi Anda yang berasal dari luar kota Anda bisa mengunjungi tempat ini dengan menggunakan akomodasi pesawat terbang yang bisa transit di Bandara Juanda Surabaya untuk jalur penerbangan Internasional, atau bisa juga langsung transit di Bandara Blimbingsari Banyuwangi untuk jalur penerbangan lokal. setelah itu anda bisa menggunakan sarana transportasi darat.
Untuk rute pertama yang bisa Anda lalui dengan melakukan perjalaanan darat yaitu dari Banyuwangi menuju kecamatan Licin yang berjarak sekitar 15 km. Di rute ini, Anda bisa menggunakan kendaraan bermotor roda dua ataupun roda empat. Dari Kecamatan Licin, menuju patulding sekitar 18 km. Dari sini Anda bisa menyewa kendaraan bermotor jenis jeep double gardan karena jalan yang dilalui cukup berkelok dan menanjak. Perjalanan yang dilalui sekitar 1 jam barulah Anda akan sampai di Patulding yang merupakan pintu masuk untuk bisa ke Kawah Ijen.
Selain itu bagi Anda yang transit di Surabaya, Anda bisa melewati rute utara, yakni dari Situbondo menuju kecamatan Sempol – Bondowoso melalui Wonosari. Kemudian dilanjutkan perjalanan ke patulding. Rute ini lebih mudah dilalui dan jalan masih mulus sehingga Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi tanpa harus menyewa mobil jeep. Jarak antara Situbondo menuju patulding sekitar 93 km.
Setelah sampai di Patulding, Anda bisa berjalan kaki sejauh 3 km menuju kawah Ijen. Pemandangan di rute ini sangat mempesona, denagan barisan pohon pinus dan pohon kopi yang tertata rapi menyabut siapa saja yang melewatinya.

Kegiatan Yang Bisa Dilakukan

Paket Wisata Kawah Ijen
Menikmati susana pegunungan menjadi daya tarik tersendiri bagi Anda yang berkunjung ke Kawah Ijen, tidak hanya itu pesona Sunrise yang ditawarkan di kawah ijen juga sangat mempesona, dan yang paling dinanti - nanti dari pengunjung yang datang kesini adalah bisa menyaksikan secara langsung fenomena alam Blue Fire di Kawah Ijen yang bisa Anda nikmati pada dini hari sampai pukul 05.00 WIB.
Tidak hanya itu pemandangan lain yang bisa anda temui adalah fenomena alam yaitu pemandangan Danau kawah yang berwarna hijau kebiru biruan. yang akan menghipnotis setiap pengunjung yang datang kesana. Para pengunjung yang datang kesini juga bisa menyaksikan proses penambangan belerang, tidak hanya itu didekat Kawah Ijen Anda dapat mengunjungi agrowisata, dan disini Anda akan ditunjukkan bagaimana cara pengolahan kopi yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar