Kawah Ijen merupakan sebuah kawah
ter-asam di dunia. Memiliki dinding kaldera setinggi 300-500 meter
sedangkan luasnya mencapai 5.466 hektar. Untuk ukuran kawahnya sendiri
kurang lebih 20 km. Kawah tersebut memiliki kedalaman sekitar 300 meter
di bawah dinding kaldera. Tak pernah terbayangkan jika Indonesia yang
sangat kita cintai ternyata memiliki pesona alam yang dapat kita
banggakan di mata dunia. Khususnya warga Banyuwangi – Jawa Timur, yang
tentunya sangat beruntung tinggal di berdekatan dengan Kawah Ijen.
Nama Ijen mulai dikenal dunia sejak kedatangan dua turis asal Perancis, Nicolas Hulot dan istrinya Katia Kraft,
padatahun 1971. Mereka menuliskan kisah pesona Kawah Ijen beserta
kerasnya kehidupan para penambaang bongkahan belerang di majalah Geo,
Perancis. Dua hal inilah yang Menjadi daya tarik utama bagi para
wisatawan dan fotografer dunia.
Dari segi panorama alam, Anda tak perlu
khawatir, karena wisata ini memiliki pesona alam yang sangat indah. It’s
so beautiful scenery. Di pagi hari, Anda akan disuguhkan pemandangan
sunrise yang sangat menakjubkan. Selain itu, sinar matahari pagi yang
menyinari kawah akan dipantulkan sehingga membentuk warna kemilau hijau
toska dari permukaannya. Namun Anda harus berhati - hati air kawah yang
terlihat sangat tenang tersebut ternyata berbahaya looo. Pasalnya, air
belerang di Kawah Ijen memiliki volume air sekitar 200 juta meter kubik
dan panasnya mencapai 200 derajad, sehingga ketika kita nekat untuk
masuk kesana, pakaian kita akan meleleh, bukan hanya itu, bahkan kita
sendiri juga akan meleleh. Jadi jangan coba - coba untuk bermain – main
mendekati Kawah Ijen yaaaa.
Di sisi tenggara Kawah Ijen terdapat
lapangan solfatara yang selalu melepaskan gas vulkanik dengan
konsentrasi sulfur yang cukup tinggi sehingga tak jarang dapat
menimbulkan bau yang sangat menyengat. Sedangkan di bagian barat
terdapat bendungan air yang merupakan hulu dari Kali (Sungai) Banyupait.
Bendungan ini juga mempunyai daya tarik yang tak kalah bagusnya, namun
pengunjung jarang mendatanginya, dikarenakan untuk menuju kesana, jalan
yang harus dilewati cukup sulit dan sering terjadi longsor. Bendungan
yang ada di dekat Kawah Ijen merupakan bangunan beton yang dibangun
sejak masa pemerintahan Belanda. Dahulu bendungan ini berfungsi untuk
mengatur level air danau agar tidak terjadi banjir asam. Namun sekarang
sudah tidak berfungsi lagi, karena air tidak pernah mencapai pintu
bendungan, sehingga mengakibatkan terjadinya rembesan air danau di bawah
bendungan.
Pada dini hari objek wisata Kawah Ijen
kembali menyuguhkan keindahan yang fantastis. Dari cairan belerang yang
mengalir tiada henti di bawah kawah menimbulkan pancaran api berwarna
biru ( blue fire ). fenomena ini cuman ada dua di Dunia yang pertama di
Islandia dan yang ke dua ada di Indonesia. Wah keren yaaaaaaaa ?. Untuk
menikmati penorama alam ini Anda harus mendaki Gunung Ijen yang dimulai
sekitar jam 02.00 WIB dari pintu masuk ( Paltuding ), dengan menahan
dinginya udara pegunungan yang suhunya mencapai 10 derajad celcius,
bahkan bisa mencapai 2 derajad celcius. Tetapi itu ini tidak akan terasa
dengan suguhan pemandangan yang akan Anda lalui selama perjalanan
mendaki.
Kawah Ijen merupakan kawah gunung yang
digunakan untuk tempat penambangan belerang yang ada di wilayan
kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur, yang juga merupakan tempat
penambangan belerang terbesar di Indonesia dan pengolahanya masih
menggunakan cara tradisional. Kawah Ijen mempunyai sublimat belerang
yang tidak akan pernah habis, karena dapat keluar secara terus menerus
dengan sendirinya. Sublimat belerang ini bermanfaat untuk berbagai
keperluan industri kimia selain itu juga bisa digunakan untuk bahan
penjernih gula.
Banyak dari wisatawan yang telah
mengunjungi tempat ini berpendapat bahwasanya, dengan mengunjungi kawah
Ijen kita akan lebih menghargai kehidupan. Bagaiman tidak, pengunjungi
yang kesini akan banyak melihat para penambang yang berlalu – lalang
menjajaki sekitar kawah dengan membawa beban belerang yang sangat berat.
Penambang tersebut masih menggunakan cara tradisional. Lelehan belerang
disalurkan melalui pipa yang berasal dari sumber gas vulkanik yang
mengandung sulfur. Gas inilah yang dialirkan melalui pipa lalu keluar
dalam bentuk lelehan belerang berwarna kemerah – merahan . Belerang
tersebut akan membeku berwarna kuning. Bekuan inilah yang akan diambil
oleh pekerja tambang.
Biasanya para penambang belerang
melakukan pekerjaanya dengan berjalan kaki, menuruni kaldera sejauh 3 km
untuk mengambil belerang. Itu buukanlah suatu hal yang mudah untuk
dilakukan, karena mereka masih harus menggali terlebih dahulu dengan
menggunakan alat seadanya. Kemudian betu – batu tersebut dipecah dan
diletakkan pada dua keranjang sama besar. Seorang penambang belerang
bisa memikul batu seberat 100 kg. Hal ini bukan beban yang ringan dan
mudah untuk dilakukan. selain itu untuk mengantisipasi bau menyengat
dari asap belerang mereka menggunakan alat pernapasan seadanya yang
digunakan sebagai masker pelindung.
Mereka memikul batu tersebut menuju Pos
Bundar. Disinilah mereka akan menimbang hasil tambang belerangnya. Di
pos inilah Anda bisa menyaksikan betapa kerasnya kehidupan mereka.
Beberapa dari mereka terlihat sedang meregangkan otot di keteduhan pohon
yang rindang, dan lainnya, mengemasi bongkahan batunya kedalam karung
untuk kemudian dipikul menuju truk pengangkut. Seperti siswa sekolah
yang pada pagi hari di absen oleh gurunya, merekapun dipanggil satu
persatu untuk menimbang muatannya, kemudian mengubahnya ke dalam rupiah
pada saat itu juga.
Harga untuk tiap satu kilogram bongkahan
batu belerang sebesar Rp. 330,- namun setelah dibawa ke truk harganya
bisa mencapai Rp. 1.330,-. Selisih yang cukup besar, penghasilan yang
mereka dapat tidak sebanding dengan bahaya yang mereka dapatkan dalam
mempertaruhkan nyawa. Mengingat sulitnya pekerjaan yang mereka lalui,
dalam sehari seorang penambang hanya mampu mengangkut dua kali.
Pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa seperti ini mereka lakukan guna
mencukupi kehidupan sehari – hari. Jadi apabila Anda kesana, janganlah
enggan menyapa mereka. dan membaurkan dengan para penambang, meski
pekerjaan terasa sangatlah berat, namun mereka tetap ramah dan santun,
serta akan memberikan jawabaan atas semua pertanyaan yang ingin Anda
ketahui.
Sejarah Ijen Jaman Dahulu
Dahulu, Pegunungan Ijen merupakan bagian
dari kerajaan Blambangan. Nama Blambangan mencuat dalam sejarah ketika
rajanya yang bernama Menak Jinggo menolak mengakui kekuasaan Majapahit.
Sehingga menyebakan peperangan antara kerajaan Blambangan dan kerajaan
Majapahit. Menak Jinggo berhasil dikalahkan oleh Dhamarwulan, pemuda
dari rakyat biasa yang mampu bertarung dan menghabisi musuh – musuhnya.
Dengan kegigihan Dhamarwulan akhirnya dia dapat mempersunting Ratu
Majapahit, Dewi Kencono Wungu, dan menjadi raja. Setelah kalah,
pegunungan Ijen kian menjadi bagian dari kerajaan Majapahit, yang sampai
sekarang terkenal dengan kejayaannya.
Nama Ijen juga disebut–sebut ketika
seorang pangeran dari Kerajaan Wilis, bergerilya melawan VOC dari balik
lereng pegunungan Ijen pada tahun 1722. Ijen merupakan tempat yang
paling ideal untuk persembunyian bagi para pemberontak. Tanahnya yang
berkelok dan di penuhi hutan lebat, memang sangat menakutkan, bahkan
terkesan angker. Wilayah ini pun kononnya tidak bertuan.
Wilayah Ijen mulai tersentuh ketika
seoraang penguasa dari Belaanda menyewakan tanah di Indonesia kepada
seoraang kapten dari Cina, Han Ki Ko, yaang tinggal di Surabayaa serta
terkenal sangat kaya. Tanah yang disewakan ini juga termasuk wilayah
Besuki, Panarukan, Probolinggo dan sekitarnya. Untuk menarik mina
tpekerja, kompeni tersebut membagi–bagikan beras secara gratis pada saat
penduduk mengalami kelaparan. Maka datangalah beribu – ribu pekerja
asal Madura dalam waktu yang singkat. Para pekerja tersebut mulai
menanam segala macam sayuran dan padi dengan menggunakan sistem irigasi.
Namunpada tahun 1813 para pekerja tersebut melakukan pemberontakan
dengan dipelopori oleh Kiai Mas.
Akhir abad ke-19 Belanda memaksa membuka
kembali lahan tersebut untuk dijadikan perkebuanan kopi daan karet.
Didatangkan lagi ribuan pekerja asal Madura. Dengan hal ini, maka
terciptalah ‘Madura kecil’ yang menjadi pusat pemukiman orang Madura.
Mereka membawa adat, budaya, dan bahasanya. Madura kecilini, samapi saat
ini masih bisa kita jumpai di sebagian wilayah Jember, Situbondo,
Bondowoso, dan Banyuwangi.
Itulah sekelumit cerita tentang pegunungan Ijen pada zaman dahulu.
Rute Perjalanan Ke Kawah Gunung Ijen
Tapi saat ini kita tak perlu khawatir
dengan akomodasi untuk bisa sampai ke Kawah Ijen. Pasalnya untuk menuju
ke satu destinasi yang ada di Banyuwangi ini sudah dimudahkan, sehingga
bukan hal yang sulit lagi untuk pada pengunjung bisa sampai kesana.
apalagi dukungan dari pemerintah setempat yang sangat besar untuk
kemajuan dunia pariwisata yang ada di Banyuwangi. Bagi Anda yang berasal
dari luar kota Anda bisa mengunjungi tempat ini dengan menggunakan
akomodasi pesawat terbang yang bisa transit di Bandara Juanda Surabaya untuk jalur penerbangan Internasional, atau bisa juga langsung transit di Bandara Blimbingsari Banyuwangi untuk jalur penerbangan lokal. setelah itu anda bisa menggunakan sarana transportasi darat.
Untuk rute pertama yang bisa Anda lalui
dengan melakukan perjalaanan darat yaitu dari Banyuwangi menuju
kecamatan Licin yang berjarak sekitar 15 km. Di rute ini, Anda bisa
menggunakan kendaraan bermotor roda dua ataupun roda empat. Dari
Kecamatan Licin, menuju patulding sekitar 18 km. Dari sini Anda bisa
menyewa kendaraan bermotor jenis jeep double gardan karena jalan yang
dilalui cukup berkelok dan menanjak. Perjalanan yang dilalui sekitar 1
jam barulah Anda akan sampai di Patulding yang merupakan pintu masuk
untuk bisa ke Kawah Ijen.
Selain itu bagi Anda yang transit di
Surabaya, Anda bisa melewati rute utara, yakni dari Situbondo menuju
kecamatan Sempol – Bondowoso melalui Wonosari. Kemudian dilanjutkan
perjalanan ke patulding. Rute ini lebih mudah dilalui dan jalan masih
mulus sehingga Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi tanpa harus
menyewa mobil jeep. Jarak antara Situbondo menuju patulding sekitar 93
km.
Setelah sampai di Patulding, Anda bisa
berjalan kaki sejauh 3 km menuju kawah Ijen. Pemandangan di rute ini
sangat mempesona, denagan barisan pohon pinus dan pohon kopi yang
tertata rapi menyabut siapa saja yang melewatinya.
Kegiatan Yang Bisa Dilakukan
Menikmati susana pegunungan menjadi daya
tarik tersendiri bagi Anda yang berkunjung ke Kawah Ijen, tidak hanya
itu pesona Sunrise yang ditawarkan di kawah ijen juga sangat mempesona,
dan yang paling dinanti - nanti dari pengunjung yang datang kesini
adalah bisa menyaksikan secara langsung fenomena alam Blue Fire di Kawah Ijen yang bisa Anda nikmati pada dini hari sampai pukul 05.00 WIB.
Tidak hanya itu pemandangan lain yang
bisa anda temui adalah fenomena alam yaitu pemandangan Danau kawah yang
berwarna hijau kebiru biruan. yang akan menghipnotis setiap pengunjung
yang datang kesana. Para pengunjung yang datang kesini juga bisa
menyaksikan proses penambangan belerang, tidak hanya itu didekat Kawah
Ijen Anda dapat mengunjungi agrowisata, dan disini Anda akan ditunjukkan
bagaimana cara pengolahan kopi yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar