Pada akhir tahun 2011 kemarin saya dan rekan-rekan dari Kelompok Pecinta Alam FORESTER dimana saya merupakan salah satu pendirinya melakukan pendakian ke Sorik Marapi. Sorik Marapi adalah sebuah gunung yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Batang Gadis, secara administratif berada di Desa Sibanggor Julu,Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Sorik Marapi merupakan gunung berapi aktif yang berketinggian 2.145 meter.
Di puncaknya terdapat sebuah danau vulkanik. Gunung ini tercatat pernah meletus sebanyak tujuh kali. Masing-masing pada tahun 1830, 1879, 1892, 1893, 1917, 1970, 1986 dan terakhir pada tahun 1987. Pada letusan terakhir, Sorik Marapi memuntahkan debu dan lahar panas yang mengalir sampai ke Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat.Gunung Sorik Marapi adalah salah satu gunung yang masuk dalam kategori aktif normal, oleh karena itu gunung ini terus diamati aktifitasnya. Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Sorik Marapi terletak di Desa Sibanggor Tonga Kecamatan Puncak Sorik Marapi.
Pendakian ini dilakukan untuk mengisi kegiatan akhir tahun. Sebenarnya saya yang pertama kali menggagas pendakian ini bersama teman-teman dari Tim lain. Tapi jauh hari sebelum pendakian gaung mulai terdengar merdu sehingga banyak yang berminat untuk ikut. Karena berbagai macam pertimbangan diantaranya saya tidak mungkin sanggup menangani 30an orang sendirian. Akhirnya saya putuskan melakukan pendakian bersama KPA FORESTER. Sebenarnya saya bisa saja menolak peserta yang begitu banyak, tapi tingkan toleransi saya masih lumayan tinggi. Mengingat kemauan mereka yang begitu besar ingin ke puncak Sorik Marapi.
Berangkat dari Padangsidimpuan hari jumat 29 Desember pukul 2 siang menggunakan mobil bus carteran. Sepanjang jalan di dalam bus suasana cita suka tercipta. Namun begitu ada juga yang tidur ditengah-tengah lantunan lagu dan alunan gitar yg riang. Sungguh suasana perjalanan yang menyenangkan.
Singkat cerita, bus yang kami tumpangi telah memasuki Desa Sibanggor Julu. Ada yang unik di desa ini, atap rumah tidak ada yang terbuat dari seng melain atap ijuk (Sabut hitam pohon aren). Terkesan tradisional dan asri. Dibuat demikian bukanlah tanpa tujuan, melainkan karena desa ini berada di kaki gunung sorik marapi atap yang terbuat dari seng akan mengalami korosi (berkarat) karena guguran abu yang mengandung asam tinggi dari puncak sorik marapi. Itu sebabnya ijuk di pilih warga sebagai atap rumah.
Segera setelah turun dari bus, beberapa orang menuju rumah kepala desa Sibanggor Julu untuk meminta izin. Sebenarnya beberapa hari sebelum berangkat kami sudah menghubungi kepala desa tersebut via HP. Sehingga kedatangan kami sudah ditunggu. Kepala desa mengarahkan agar kami bermalam di balai desa. Lumayanlah bisa istirahat tenang dan mengumpulkan tenaga untuk pendakian esok.
Tapi apa lacur, berniat ingin cepat tidur setelah makan malam malah akhirnya tertunda karena mendapat kabar yang tidak sedap yang membuat mental kawan-kewan termasuk saya sedikit drop. Hasil negosiasi dengan Kepala Desa ternyata membuahkan hasil yaitu perempuan tidak bisa naik sampai kepuncak karena aturan adat melarang. Sungguh aturan yang aneh dan baru ini saya temui. Mengingat kami adalah tamu di desa tersebut maka aturan tersebut kami patuhi.
Rapat dadakan di adakan untuk mencari solusi. Rapat tersebut menghasilkan solusi berupa. Tim dipecah menjadi dua. Satu tim yang beranggotakan perempuan dan beberapa laki-laki di alihkan menuju air terjun. Sedangkan sisanya tetap menuju puncak.
Paginya setelah semua sarapan pagi. Sekitar pukul 9 pagi tim bersiap memulai kegiatan. Tim air terjun dan tim puncak sama-sama berangkat karena jalurnya sama. Berjalan beriringan sehingga membentuk barisan panjang menapaki terjalnya jalan yang dihalangi batu-batu besar. Track awal ini adalah penentu keberhasilan mendaki sampai ke puncak. Karena di Track awal medan pendakian amat terjal berupa tanjakan yang amat curam dan panjang. Kita dituntut harus berjalan perlahan untuk menghemat tenaga agar tidak kehabisan tenaga sampai ke puncak.
Kira-kira setengah jam berjalan, sampailah di bekas tambang belerang yang sudah tidak produktif lagi. Disinilah tim air terjun dan tim puncak berpisah. Sementara saya ada di tim puncak. Setelah melewati tambang belerang tersebut tim puncak memasuki kawasan hutan TNBG (Taman Nasional Batang Gadis). Kami menyebut ini gerbang, mengapa? Karena inilah batas lahan garapan masyarakat dengan kawasan TNBG. Disinalah salah satu teman saya mengumandangkan adzan. Karena menurut kepercayaan warga sekitar,mengkumandangkan adzan adalah sebagai pertanda kita masuk kawasan hutan ini. Konon ceritanya di gunung ini ada kerajaan jin yang sering mengganggu para pendaki terutama perempuan. Mungkin itulah sebabnya perempuan tidak di izinkan naik ke puncak.
Perjalanan terus dilanjutkan, tanjakan terjal jalan licin dan lembab khas hutan tropis indonesia tetap dilalui. Canda tawa, keluhan karena lelah dan raut muka yang pucat pasi disertai cucuran keringat tampak di kami. Walaupun begitu, semangat untuk sampai ke puncak tetap menggelora yang membangkitkan semangat. Pohon-pohon besar dan rimbun tampak dikanan dan kiri jalan setapak yang kami lalui.
Hal yang tidak di inginkan terjadi, di pertengahan perjalanan persediaan air minum habis. Ini adalah bencana kecil bagi kami, karena alam meyediakan semua. Beruntunglah kami menemukan rotan, dipotonglah rotan itu kemudian air yang menetes langsung saja di teguk untuk sekedar membasahi tenggorokan yang kering. Ini adalah kesekian kalinya minum air dari tumbuhan ini. Rasanya tawar dan segar. Hampir sama dengan rasa air putih biasa. Sungguh alam memang sahabat terbaik.
Sepanjang jalur pendakian, saya melihat pita merah yang diikatkan di ranting-ranting pohon. Ini adalah pertanda jalur pendakian yang dibuat petugas agar pendaki tidak keluar jaur. Satu yang disayangkan, dijalur pendakian saya melihat banyak sampah plastik bekas makanan. Hal ini tentu saja merusak pandangan. Lain halnya dengan kami, kami selalu menerapkan peraturan yang berlaku mutlak dalam diri tiap anggota agar tidak membuang sampah di alam. Sampah bekas bungkus makanan ataupun minuman di kantongi untuk dibawa turun.
Setelah melalui hutan dengan pohon-pohon besarnya. Kami memasuki daerah yang ditumbuhi tumbuhan sejenis pandan raksasa. Dengan daunnya yang panjangnya sekitar 2 meter dan berduri dikedua sisinya. Disini suhu udara mulai terasa dingin. Itu pertanda kami sudah mendaki lumayan tinggi. Cukup lama juga kami melewati pandan-pandan raksasa ini. Kadang kala saya harus merelakan tangan saya tertusuk atau bahkan tersayat duri. Diketinggian tumbuhan didominasi hanya tumbuhan ini saja, tidak tampak pohon jenis lain.
Setelah sekian waktu melewati hutan pandan raksasa sampailah kami di tempat yang hanya ditumbuhi tumbuhan perdu khas dataran tinggi. Tumbuhan ini tumbuh di tanah berbatu dan hanya setingi 50-80 cm dari tanah. Terus saja melewati daerah tersebut dengan track yang sempit dan sesekali harus merayap melewati celah di antara rimbunnya pohon perdu tersebut sampailah di temapat yang lumayan terbuka. Dari sini puncak gunung Sorik marapi sudah tampak terlihat dengan asap belerangnya putihnya yang menyembul keluar. Melihat hal tersebut semangat kami yang mulai pudar kembali bangkit. Jalur menanjak di bebatuan kecil yang tidak stabil, kadang kala hendak jatuh karena batu kerikil tersebut ketika di pijak meluncur ke bawah. Di tempat ini hanya ada hamparan batuan kerikil tajam, tak terlihat tumbuhan barang satupun disini. Dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa saya terus berjalan mendaki menapaki jalan terjal berbatu hingga samapailah di puncak Gunung Sorik Marapi. Kami sampai di puncak sekitar pukul satu siang, itu artinya untuk mendaki gunung ini membutuhkan wakatu pendakian empat jam. Puncak impian yang dengan susah payah ku daki untuk sekedar menapakkan kaki di atasnya sembari menikmati pemnadangan yang tersaji. Dari puncak nampak hamparan danau vulkanik yang airnya berwarna hijau keputihan. Air danau tampak asap tipis menandakan airnya yang panas. Disisi pinggiran danau tersebut ada beberapa titik yang mengepulkan asap putih berbau belerang. Inilah kawah gunung Sorik Marapi “inilah Danau tertinggi di Sumatera Utara”. Dari kawah inilah pada tahun 1987 memuntahkan debu dan lahar panas yang mengalir sampai ke Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat yang berjarak puluhan kilometer.
belakang saya dalah kawah Sorik marapiTakjub, terkesima dan terharu rasanya setelah berhasil mencapai puncak. Dari puncak saya dapat memandang luas ke segala arah tanpa penghalang apapun. di kejauhan tampak Desa Sibanggor Julu tempat kami bermalam sebelumnya. Rumah-rumah tampak kecil dari puncak sini, tapi atap ijuk yang berwarna hitam tetap tampak. Inilah puncak impian yang berhasil ku daki setelah setahun sebelumnya gagal mendaki kesini karena beberapa faktor. Sungguh indah ciptaan Allah, pemandangan yang tersaji seakan menghipnotis tubuh sehingga capek dan lelah sudah tidak terasa lagi. Jerih payah mendaki terbayar ketika sudah sampai di puncak. Mungkin inilah jawaban dari pertanyaan orang yang sering bertanya kepada saya tentang apa tujuanku naik gunung. Kepuasan batin yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata, hanya bisa dirasakan sendiri ketika menjalaninya.
Setelah puas memandangi hamparan
pemandangan luas dan mengabadikan moment tersebut dalam bentuk foto dan
video kami teruskan perjalanan. Berjalan melewati bibir kawah yang
batuan kerikilnya labil, salah melangkah atau terpeleset nyawa jadi
taruhannya karena tercebur ke dalam kawah danau vulkanik yang airnya
panas. Kami berjalan memutari bibir kawah hingga sampailah di cekungan
yang dala dan luas bekas danau yang airnya sudah mengering. Menuruni
cekungan tersebut kemudian samapai di dasar bekas danau tersebut untuk
makan siang. Disana ada sumber mata air, setelah saya minum rasa air
tersebut sangat aneh antara rasa asam dan agak kelat di lidah di tambah
bau belerang. Warga sekitar mengatakan air tersebut aman untuk di minum
bahkan dipercaya sebagai obat.
Kawah Gunung Sorik Marapi
Selesai makan siang dan beristirahat sebentar kamu naiki cekungan
bekas danau tersebut. Kemudian berjalan memutari kawah, suhu udara
disini sangat dingin. Jari-jari tangan sampai tidak terasa karena beku,
di tambah angin yang bertiup cukup kencang. Dipinggiran danau kembali
saya dan rekan-rekan lainnya kembali berfoto ria. Tanpa terasa sudah 2
jam kami berada di puncak. Dengan mempertimbangkan waktu yang sudah
menunjukan pukul tiga sore kami bergegas menapaki jalan pulang yang
menurun. Begitu seterusnya sampai akami tiba di base camp (balai desa)
pukul enam sore. Setelah sampai di balai desa rekan-rekan dari tim air
terjun menyambut kedantangan kami. Acara malam itu bisa di bilang
sebagai malam keakraban, dimana canda gurau kembali tercipta dan celoteh
cerita perjalanan tim puncak dan tim air terjun sebagai bahan tertawaan
manakala ada kisah lucu di ungkapkan. Setelah semua itu, kami semua
tidur dalam senyap dan dinginnya malam untuk keesokan harinya pulang ke
Padangsidimpuan.Nb: Pendakian Gunung Sorik Marapi inilah yang mengilhami saya untuk menggapai tiga puncak gunung berapi di Sumatera Utara. Dari sinilah ide Expedition Three Summit North Sumatera Muncul.
https://bocahrimba.wordpress.com/2012/02/09/pendakian-gunung-sorik-marapi-untuk-menggapai-danau-tertinggi-di-sumatera-utara/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar