Selasa, 17 Mei 2016

Gunung Merapi



Gunung merapi merupakan gunung yang terletak di Provinsi Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, Gunung ini merupakan salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia dan juga termasuk kedalam daerah cincin api. Siklus meletusnya gunung Merapi ini biasanya 4 tahun sekali, namun ketika letusan terakhir pada tahun 2010, Gunung Merapi belum meletus kembali hingga sampai di tahun 2015.

Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 2.930 mdpl terdapat 3 jalur pendakian, yaitu Jalur Pendakian merapi via Selo, Babadan dan jalur Kineharjo. Namun sejak erupsi pada tahun 2010 dua jalur pendakian merapi yakni Babadan dan Kineharjo sudah tidak dipakai lagi, Sehingga Jalur yang sangat populer pendaki merapi atau yang sering di pakai adalah via selo.

Selo merupakan sebuah desa terakhir di kaki gunung merapi dan merbabu, yang terletak di kabupaten Boyolali. Untuk  mencapai di desa selo kita dapat melewati jalur Muntilan atau bisa juga lewat Boyolali. 

Jika kita dari Yogyakarta ke arah magelang dan patokannya adalah pasar Muntilan, dari sana ambil arah kanan jika melihat klenteng di sebelah kanan jalan. ikuti terus jalan itu sampai menemukan desa Selo. Dan Jika dari Boyolali kita bisa berhenti di terminal Boyolali lalu ke arah Cepogo lalu Selo. Lebih mudahnya jika menggunakan GPS atau google maps ya tentunya bisa dimanfaatkan.
 
Jalur pendakian Gunung Merapi yang paling ramai adalah melalui dusun Selo, tepatnya di dusun Plalangan, lencoh. Selain karena untuk sekarang jalur ini adalah jalur yang resmi dibuka oleh pihak taman nasional, jalur ini relatif singkat untuk mencapai puncaknya. Hanya dibutuhkan waktu 4 jam perjalanan saja untuk bisa mencapai puncak (2913 Mdpl). Namun karena tingkat bahayanya pendaki tidak diperkenankan untuk sampai ke puncaknya. 

Akses ke lokasi adalah yogyakarta atau Solo, jika dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di kota Boyolali. Apabila dari kota Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo Semarang turun di kota Boyolali. Untuk menuju ke Selo dari kota Boyolali menggunakan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang menuju Selo. Dari kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di terminal Boyolali. Pendaki harus sedikit berjalan kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang.

Untuk sampai basecamp, pendaki harus berjalan kaki sekitar 45 menit. Terus saja berjalan lurus dan Basecamp ini sangat mudah dikenali di kiri jalan. Di sini pendaki bisa memesan makanan dan juga bila menginginkan souvenir bisa membeli di toko di depan basecamp. Selain itu juga melayani persewaan peralatan seperti tenda, matras dan sleeping bag. Namun jangan terlalu diharapkan karena keterbatasan sehingga sering habis persediaanya, apalagi di hari-hari yang ramai.
Basecamp - Gerbang Taman Nasional Gunung Merapi
Mengawali pendakian pendaki akan melewati ladang penduduk dengan trek jalan aspal hingga New Selo. Awal perjalanan masih didominasi ladang penduduk, tanaman yang mendominasi di sini adalah tembakau dan beberapa sayuran. Jika musim kemarau trek ini sedikit berdebu. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam untuk sampai di Gerbang Taman Nasional Gunung Merapi.

Terdapat shelter di sebelah gerbang yang bisa digunakan pendaki untuk beristirahat. Banyak pohon cemara dan pinus di sekitarnya yang membuat udara menjadi sangat sejuk.

Gerbang Taman Nasional - Pos 1
Jalur masih didominasi dengan pepohonan pinus, lamtoro dan akasia gunung. Untuk mencapai pos 1 diburuhkan waktu sekitar 45 menit dengan trek yang lumayan menanjak. Berjalan beberapa menit pendaki akan menemui percabangan. Ke kiri melewati jalur kartini yang sedikit landai, atau juga bisa lurus. 

Pos 1 - Pos 2
Selepas pos 1 Jalur akan didominasi dengan batuan, pendaki harus sedikit hati-hati karena dapat tergelincir. Terdapat jalur alternatif lain selain melalui jalur utama dari pos 1 ini. Jika ambil kanan kita akan melalui jalur evakuasi yang langsung menuju ke Watu Gajah tanpa melewati pos 2. Menurut saya, jalur ini lebih enak untuk turun, kalau naiknya tetap menggunakan jalur utama melewati pos 2.

Seteleh melewati tanjakan yang cukup terjal, pendaki akan menemui semacam tugu dengan tinggi sekitar 1,5 meter. Dilanjutkan dengan jalur yang landai dan sampailah di pos 2. Banyak pendaki yang memilih untuk mendirikan tenda di tempat ini. Untuk mendieikan tenda pendaki harus menuruni lereng-lereng di sebelah kiri. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai pos dua sekitar 1 jam

Pos 2 - Watu Gajah
 
Menuju watu gajah trek yang dilalui cukup terjal dengan batuan yang mudah lepas. Sama sekali tidak ada bonus di trek ini. Sekitar 15 menit saja dan kita akan sampai di watu gajah. Tempat ini biasanya digunakan untuk mendirikan tenda. Namun angin di sini relatif kencang jadi lebih baik kalau mau mendirikan tenda sekalian saja di pasar bubrah. 

Watu Gajah - Pasar Bubrah
 
Untuk bisa sampai pasar bubrah hanya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit saja, treknya lumayan terjal dengan batu dan tempat yang terbuka. Kawasan pasar bubrah ditandai dengan monumen dan papan peringatan batas pendakian. Meskipun tempatnya luas namun kita harus jeli memilih tempat untuk mendirikan tenda, pilih yang benar-benar tidak ada batu yang menonjol agar nyaman untuk istirahat. 

Karena tidak diperbolehkan untuk sampai puncak maka pasar bubrah ini menjadi batas akhir pendakian. dari sini puncak merapi terlihat sangat gagah yang hanya sekitar 600 meter lagi. Ada beberapa spot yang bisa menggantikan puncak merapi. Seperti bukit disebelah utara(pusunglondon) cukup indah dan bisa melihat sunrise dari puncaknya. Utamakan keselamatan, penaklukan sesungguhnya adalah ketika kita mampu mengalahkan rasa penasaran dan nafsu untuk menggapai puncak itu sendiri.
 

 

Selasa, 10 Mei 2016

GUNUNG BROMO

Siapa yang tidak mengenal gungung bromo. keindahannya yang dapat menggugah mata siapa saja yang melihatnya.



Gunung Bromo adalah salah satu gunung berapi aktif yang ada di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur dan meliputi 4 kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Bromo jadi tujuan wisata terkenal di Jawa Timur dan hampir tidak pernah sepi setiap harinya.
Statusnya yang masih aktif membuat Gunung Bromo jadi lebih menarik di mata wisatawan. Ketinggian Gunung Bromo 2.392 meter diatas permukaan laut dan memiliki bentuk tubuh bertautan diantara lembah dan ngarai dengan di kelilingi kaldera atau lautan pasir luas kurang lebih sekitar 5.300 hektar.
Gunung Bromo terkenal sebagai icon wisata probolinggo paling indah dan paling banyak dikunjungi. Kata “Bromo” berasal dari kata “Brahma”  yaitu salah satu Dewa Agama Hindu. Gunung Bromo memang tidak besar seperti gunung api lain di Indonesia tetapi pemandangan Bromo sangat menakjubkan sekali. Keindahan Gunung Bromo yang luar biasa membuat wisatawan kagum.
Dari puncak Penanjakan pada ketinggian 2.780 m, wisatawan bisa melihat matahari terbit di Wisata Bromo. Pemandangan yang indah membuat banyak wisatawan ingin mengabadikan momen berharga ini. Pada waktu matahari terbit terlihat dari puncak penanjakan yang sangat luar biasa para pengunjung bisa melihat latar depan dari Gunung Semeru yang akan mengeluarkan asap terlihat dari kejauhan dan matahari akan bersinar terang naik ke atas langit.
Masyarakat sekitar Gunung Bromo akan merayakan festival Yadnya Kasada atau Kasodo setiap tahun sekali dengan memerikan persembahan seperti sayuran, ayam, dan uang yang akan dipersembahkan pada dewa dan dibuang ke dalam kawah gunung Bromo. Sebagai wujud dari rasa syukur kepada yang maha kuasa.
Sejarah Gunung Bromo
Jaman dahulu ketika kerajaan majapahit menerima banyak serangan dari berbagai daerah, banyak penduduk pribumi jadi bingung mencari tempat tinggal baru sampai akhirnya mereka pisah jadi 2 bagian. Satu menuju ke Bali, dua menuju Gunung Bromo. Kedua tempat ini sampai sekarang memiliki kesamaan yaitu sama-sama menganut Agama Hindu.
Nama “Tengger” diyakini berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger. “Teng” merupakan akhiran nama Roro An-“teng” dan “ger” merupakan akhiran nama dari Joko Se-“ger” dan Gunung Bromo juga dipercaya sebagai gunung suci. Masyarakat Hindu menyebutnya dengan nama Gunung Brahma. Sedangkan orang Jawa menyebutnya Gunung Bro.

Bukit Teletubies Gunung Bromo

Merupakan sebuah padang-savanah yang biasa disebut dengan nama Bukit Teletubies Gunung Bromo dan dikelilingi deretan perbukitan. Sebuah pemandangan alam yang sangat sempurna, bisa dikatakan Gunung Bromo mempunyai pesona alam yang sangat komplit, mulai dari pemandangan matahari terbit yang indah, kemegahan kawah Wisata bromo, kaldera atau lautan padang pasir dan hamparan rumput yang terdapat di padang savanah ini.



Pasir Berbisik Gunung Bromo

Merupakan hamparan lautan padang pasir hitam yang luas dan indah, lokasinya berada di sekitar Kaldera Gunung Bromo tepat pada bagian timur kawasan wisata Gunung Bromo . Tempat ini sekarang jadi populer sejak pernah dijadikan sebagai lokasi shooting film Pasir Berbisik yang dibintangi oleh dian Sastro Wardoyo. Berada ditengah lautan pasir terdapat sebuah pure yang biasa dijadikan sebagai tempat sembahyang masyarakat suku Tengger.




Penanjakan Gunung Bromo
Gunung Bromo adalah lokasi terbaik di Indonesia untuk melihat matahari terbit yang sangat indah dan menawan. Untuk dapat mencapai Penanjakan Gunung Bromo, wisatawan bisa menggunakan jasa sewa jeep Bromo untuk mengantarkan sampai ke lokasi-lokasi wisata menarik di Gunung Bromo. Berangkat menuju Puncak Pananjakan Gunung Bromo harus dilakukan pada di dini hari pagi sekitar pukul 03.00 dan perjalanan dapat dimulai dari penginapan tempat Anda menginap di gunung bromo, supaya Anda tidak ketinggalan matahari terbit di kawasan wisata Gunung Bromo.
 


Budaya di Gunung Bromo

Pada waktu hari ke 14 festival Hindu Yadnya Kasada, masyarakat Tengger yang hidup di sekitar Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, melakukan pendakian gunung dengan membawa sesaji atau persembahan yang berupa buah, beras, sayuran, bunga dan juga pengorbanan ternak mereka kepada para dewa gunung dengan cara melemparkan sesaji tersebut ke dalam kaldera gunung berapi.
Asal usul dari ritual ini berasal dari legenda pada abad ke-15 di mana ada seorang putri bernama Roro Anteng dan suaminya, Joko Seger. Pasangan ini awalnya tidak memiliki keturunan dan karena itu pasangan ini memohon bantuan pada para dewa gunung.

Para dewa Gunung kemudian memberikan mereka 24 anak akan tetapi, ternyata diberikan 25 anak, yang terakhir bernama Jaya Kusuma, dan dalam perjanjian pasangan tersebut dengan para dewa, pasangan tersebut harus melemparkan anaknya yang ke 25 ke dalam gunung berapi sebagai korban.
Kemudian permintaan dari dewa Gunung pun dilaksanakan. Setelah Jaya Kusuma menceburkan diri ke dalam kawah Gunung, dia meminta pada masyarakat Tengger supaya menceburkan hasil ladang ke dalam kawah setiap tanggal 14 bulan kasadha, Tradisi melemparkan hasil ladang ke gunung berapi untuk menenangkan para dewa-dewa kuno ini kemudian berlanjut sampai saat ini dan disebut dengan upacara Yadnya Kasada.

Meskipun berbahaya, beberapa warga mengambil resiko naik turun ke kawah gunung tersebut, dalam upaya untuk membawa barang yang dikorbankan tersebut dipercayai dapat membawa keberuntungan untuk mereka.
Pada padang pasir terdapat sebuah candi Hindu yang disebut dengan nama Pura Luhur Poten. Candi tersebut memegang arti penting untuk masyarakat Tengger yang tersebar di desa-desa pegunungan, seperti Argosari, Ngadisari, Ngadas, Wonokitri, Ranu Prani, Ledok Ombo dan Wonokerso.
Candi ini menjadi tempat utama dalam upacara Yadnya Kasada tahunan yang berlangsung kurang lebih dalam waktu satu bulan. Pada hari ke-14, biasanya masyarakat Tengger akan berkumpul di Pura Luhur Poten ini untuk meminta berkah dari Ida Sang Hyang Widi Wasa dan penguasa Mahameru (Gunung Semeru).
Kemudian berbagai macam hasil dari sepanjang tepi kawah Gunung Bromo menjadi  sesaji yang akan dilemparkan ke dalam kawah. Perbedaan yang menonjol antara candi di Bromo ini dan candi yang ada di Bali adalah jenis bahan batu dan bahan bangunan.
Pura Luhur Poten yang ada di Bromo menggunakan batu hitam alami yang berasal dari gunung api di dekatnya, sementara candi di Bali sebagian besar terbuat dari material batu bata merah. Dalam pura ini, terdapat beberapa bangunan dan juga kandang selaras di dalam komposisi zona mandala.

Aktivitas Gunung Bromo

Letusan pada tahun 2004
Gunung Bromo pernah meletus pada tahun 2004. Letusan tersebut mengakibatkan kematian dua orang karena terkena batu dari ledakan gunung.

Letusan pada tahun 2010
Pada hari Selasa, bulan November tanggal 23, tahun 2010, pukul 16.30 WIB (Waktu Indonesia Barat), Pusat Vulkanologi dan Indonesia Mitigasi Bencana Geologi (CVGHM) menegaskan bahwa status aktivitas di Gunung Bromo sedang “waspada” karena semakin meningkatnya aktivitas tremor dan gempa vulkanik dangkal yang terjadi di gunung.
Kekhawatiran semakin besar dan prediksi bahwa letusan gunung berapi mungkin mungkin terjadi semakin kuat. Tindakan pencegahan pun dilakukan dan penduduk setempat juga wisatawan diminta untuk tidak terlalu dekat dengan Gunung Bromo, setidaknya dalam radius tiga kilometer dari kaldera Bromo didirikan perkemahan untuk para pengungsi. Daerah di sekitar Teggera kaldera Bromo tetap terlarang untuk para pengunjung di sisa akhir tahun 2010.

Kemudian Bromo mulai meletus abu pada hari Jumat 26 November 2010.
Pada tanggal 29 November 2010 Juru bicara Kementerian Perhubungan Bambang Ervan mengumumkan kalau bandara domestik Malang akan ditutup sampai dengan 4 Desember 2010. Malang merupakan kota besar dan berpenduduk sekitar 800.000 jiwa dan lokasinya berada sekitar 25 km (16 mil) arah barat dari Gunung Bromo. Bandara Abdul Rachman Saleh biasanya menangani sekitar 10 penerbangan domestik setiap harinya yang berasal dari ibukota Jakarta. Pemerintah vulkanologi Surono melaporkan kalau gunung berapi akan memuntahkan kolam abu sampai dengan radius sekitar 700 meter (2.300 kaki) ke langit.

Letusan pada tahun 2011
Letusan Gunung Bromo pada tanggal 22 Januari 2011 pukul 05:30 membuat Kawah Gunung Bromo sampai tidak terlihat) Kawah Tengger masih aktif pada waktu akhir Januari 2011, kegiatan yang ditandai dengan fluktuasi letusan sedang berlangsung.
Pada tanggal 23 Januari 2011 Pusat Vulkanologi Indonesia dan Mitigasi Bencana Geologi (CVGHM) (Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi) melaporkan bahwa sejak tanggal 19 Desember 2010 abu dan material vulkanik pijar sudah dikeluarkan oleh aktivitas letusan gunung dan menghasilkan hujan yang lebat dari bahan yang jatuh di sekitar kawah.

Letusan terus menerus yang terjadi pada tanggal 21 Januari menyebabkan banyak abu tipis jatuh terutama di daerah desa Ngadirejo dan Sukapura Wonokerto yang ada di Kabupaten Probolinggo.
Dampak yang dihasilkan dari hujan lebat abu vulkanik akibat letusan gunung sejak 19 Desember 2010 mengakibatkan aktivitas normal jadi terganggu. Kemudian pada awal 2011 keprihatinan tentang ekonomi lokal dan masalah potensi lingkungan juga kesehatan dalam jangka panjang di antara warga yang ada di wilayah sekitar Gunung Bromo.
Karena curah hujan musiman yang sangat tinggi pada bulan Januari 2011 potensi lahar dan aliran lava naik karena deposito abu vulkanik, pasir dan bahan lainnya yang telah dikeluarkan kemudian dibangun.
Orang yang tinggal di tepi Perahu Ravine, Nganten Ravine dan Sukapura Sungai disiagakan untuk kemungkinan aliran lava, terutama ketika hujan lebat di daerah sekitar Cemorolawang, Ngadisari dan Ngadirejo.
mo. Kurang lebih seperti itulah asal – usul dari legenda Gunung Bromo.
 

Tetapi banyak juga yang melakukan foto Prewedding di sekitaran lokasi Gunung Bromo. 
http://www.rezaprabowophoto.com/images/photo/main/46Web-Cover-Dina-Prewedding-Reza-Prabowo-6181.jpghttp://www.yoshiwafa.com/gunung-bromo.html